Politik aliran dalam sejarahnya sering kali muncul untuk menjelaskan dukungan terhadap partai politik oleh masyarakat dari segi sosial, budaya dan agama. Politik aliran juga memainkan peran penting dalam membentuk wajah demokrasi Indonesia sejak masa awal kemerdekaan hingga sekarang.
Pengertian Politik Aliran
Poltik aliran atau dalam bahasa Inggris disebut politics atau political cleavage merupakan dukungan yang diberikan oleh masyarakat kepada partai politik atau kelompok tertentu berdasarkan ideologi, agama, suku ataupun tradisi sosial budayanya.
Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian dari politik aliran. Berikut adalah definisi politik menurut para ahli.
1. Ruth McVey
Menurut McVey, politik aliran dalam ilmu sosiologi ialah sebuah konsep yang penting dalam politik di Indonesia. Istilah politik aliran tersebut, digunakan untuk menunjukan adanya pembagian masyarakat di Jawa, terkhusus pada santri-santi serta kaum abangan.
2. Clifford Geertz
Geertz berpendapat bahwa politik aliran merupakan sosio kultural yang membentuk beragam jenis fenomena sosial yang ada di masyarakat, salah satu fenomena adalah aliran. Aliran pada lingkungan masyarakat terbagi menjadi tiga golongan, yaitu priyayi, santri serta abangan.
3. Herbert Feith
Feith mendefinisikan politik aliran sebagai hubungan perpolitikan yang hadir di Indonesia dan di latar belakangi oleh hadirnya dinamika politik pada tahun 1950 an.
Akibat dari dinamika politik di tahun 1950 an tersebut, politik Indonesia pun terbagi menjadi beberapa aliran politik sesuai dengan tujuan yang dimiliki oleh masing-masing aliran. Beberapa aliran yang memunculkan politik aliran di Indonesia adalah jawa, tradisionalisme, nasionalisme, sosialisme, radikalisme, agama, demokrasi dan komunisme.
Asal-Usul Politik Aliran di Indonesia
Pada awal abad ke-20 konsep politik aliran mulai berkembang di Indonesia sebagai respon terhadap kolonialisme Belanda. Hal tersebut ditandai dengan munculnya beberapa organisasi yang merupakan cikal bakal partai politik setelah Indonesia merdeka.
Beberapa contohnya antara lain:
1. Sarekat Islam (SI)
Terbentuk dari pergerakan ekonomi dan keagamaan umat Islam.
2. Budi Utomo
Mewakili kaum terpelajar Jawa.
3. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Dipelopori oleh Soekarno yang membawa ideologi nasionalisme.
4. Partai Katolik dan Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
Mewakili umat Kristen.
5. Partai Komunis Indonesia (PKI)
Membawa ideologi sosialisme dan komunisme.
Pada masa ini, politik aliran mulai muncul dengan masyarakat mulai mengidentifikasi diri dengan organisasi-organisasi yang mencerminkan nilai dan keyakinannya.
Baca juga: Apa Itu Vote by Proxy? Simak Pengertian dan Penerapannya di sini!
Perkembangan Setelah Kemerdekaan
Politik aliran semakin menonjol setelah Indonesia merdeka di tahun 1945 yang ditandai dengan lahirnya berbagai partai politik dari berbagai aliran ataupun basis sosial.
1. Aliran Islam
Diwakili oleh partai, Masyumi dan NU.
2. Aliran Nasionalis
Diwakili oleh partai, PNI dan partai-partai berhaluan kebangsaan.
3. Aliran Komunis/Sosialis
Diwakili oleh partai PKI dan partai-partai kiri lainnya.
4. Aliran Kristen/Katolik
Diwakili oleh Parkindo dan Partai Katolik.
Partai yang dipilih oleh masyarakat cenderung sejalan dengan identitas sosialnya. Misalnya, kaum nasionalis mendukung PNI sedangkan umat Islam memilih partai Islam.
Politik Aliran di Era Orde Baru (1966-1998)
Pemerintah melakukan penyederhanaan partai politik melalui fusi untuk mencegah perpecahan politik akibat aliran di tahun 1973.
1. Partai-partai Islam menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
2. Partai nasionalis dan non-Islam menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
3. Semenntara, Golongan Karya (Golkar) berperan sebagai kekuatan utama pemerintah.
Walau secara formal politik aliran ditekan, dalam praktiknya sentimen agama dan ideologi tetap memengaruhi perilaku politik masyarakat.
Kondisi Politik Aliran di Era Reformasi
Pasca reformasi 1998, kebebasan politik kembali terbuka dan sistem multipartai diberlakukan. Hal ini membuat politik aliran kembali muncul, meski dalam bentuk yang lebih modern dan terbuka. Partai-partai dengan basis ideologi agama, nasionalisme, dan sosialisme kembali berdiri dan mendapatkan dukungan dari kelompok masyarakat yang berbeda-beda.
Namun, politik aliran kini mulai bergeser seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya pendidikan politik masyarakat. Pemilih menjadi semakin rasional, tidak hanya memandang segi agama atau ideologi, tetapi juga menilai kinerja, visi, dan integritas calon pemimpin.
Dampak Politik Aliran
Politik aliran memiliki dua sisi:
Positif:
Memperkuat identitas politik masyarakat dan memperkaya demokrasi Indonesia.
Negatif:
Dapat menimbulkan polarisasi dan perpecahan sosial jika tidak terkelola dengan baik.
Karena itu, penting bagi masyarakat dan penyelenggara pemilu untuk terus mendorong politik yang inklusif dan berorientasi pada kepentingan bersama, bukan hanya pada golongan tertentu.
Politik aliran merupakan bagian penting dari sejarah politik Indonesia. Ia tumbuh dari keanekaragaman masyarakat Indonesia dan mencerminkan semangat kebebasan berorganisasi. Namun di era demokrasi modern, sudah saatnya politik Indonesia berorientasi pada persatuan nasional, program kerja nyata, dan kesejahteraan rakyat bukan semata-mata pada perbedaan aliran
Sumber:
https://www.gramedia.com/literasi/politik-aliran/
Baca juga: Apa Itu Elektabilitas? Ini Arti dan Perbedaanya dengan Popularitas
Selengkapnya