Seperti Apa Pemilu 1997? Sejarah, Hasil, dan Kontroversinya

Pemilu 1997 merupakan pemilihan umum terakhir pada masa Orde Baru sebelum runtuhnya pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1998. Pemilu ini sering disebut sebagai salah satu pemilu paling kontroversial dalam sejarah Indonesia karena kuatnya dominasi pemerintah dan keterbatasan demokrasi. Lalu, seperti apa sebenarnya Pemilu 1997? Berikut penjelasan lengkapnya.

Latar Belakang Pemilu 1997

Pemilu 1997 diselenggarakan dalam situasi politik yang relatif stabil di permukaan, namun sesungguhnya menyimpan banyak tekanan sosial, ekonomi, dan politik. Saat itu:

  • Indonesia berada di bawah pemerintahan Presiden Soeharto

  • Sistem politik bersifat sentralistik

  • Kebebasan politik dan pers sangat terbatas

  • Oposisi terhadap pemerintah tidak berkembang secara bebas

Pemilu ini menjadi pemilu keenam sejak Orde Baru berkuasa.

Waktu dan Peserta Pemilu 1997

  • Hari pemungutan suara: 29 Mei 1997

  • Jumlah peserta: 3 peserta (sesuai kebijakan fusi partai Orde Baru), yaitu:

    1. Golongan Karya (Golkar)

    2. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

    3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Pembatasan jumlah partai merupakan ciri khas pemilu Orde Baru.

Sistem Pemilu yang Digunakan

Pemilu 1997 menggunakan:

  • Sistem perwakilan berimbang (proporsional)

  • Pemilihan anggota DPR dan DPRD

  • Presiden dan Wakil Presiden tidak dipilih langsung oleh rakyat, melainkan oleh MPR

Militer (ABRI) masih memiliki jatah kursi di DPR/MPR melalui mekanisme pengangkatan.

Hasil Pemilu 1997

Hasil Pemilu 1997 kembali menunjukkan dominasi Golkar:

Peserta Persentase Suara
Golkar ±74,5%
PPP ±22,4%
PDI ±3,1%

Golkar memperoleh mayoritas mutlak kursi DPR, memperkuat posisi Soeharto untuk kembali terpilih sebagai Presiden pada Sidang Umum MPR 1998.

Kontroversi Pemilu 1997

Pemilu 1997 menuai banyak kritik dan kontroversi, di antaranya:

1. Tidak Kompetitif

  • Golkar didukung penuh oleh negara

  • Aparatur pemerintah dan birokrasi diarahkan memenangkan Golkar

  • PPP dan PDI tidak memiliki ruang kompetisi yang setara

2. Intervensi Aparat Negara

  • Pegawai negeri, guru, dan aparat desa diarahkan memilih Golkar

  • Kampanye partai oposisi dibatasi secara ketat

3. Konflik Internal PDI

  • PDI mengalami perpecahan pasca peristiwa 27 Juli 1996 (Kudatuli)

  • Melemahnya PDI berdampak langsung pada rendahnya perolehan suara

4. Pembatasan Kebebasan Berpendapat

  • Media massa dikontrol ketat

  • Kritik terhadap pemerintah sulit disuarakan secara terbuka

5. Minimnya Pengawasan Independen

  • Belum ada lembaga pengawas pemilu independen seperti Bawaslu saat ini

  • Pengawasan masih berada di bawah kendali pemerintah

Dampak Pemilu 1997

Pemilu 1997 justru menjadi salah satu pemicu perubahan besar, karena:

  • Ketidakpuasan publik terhadap hasil pemilu meningkat

  • Krisis ekonomi 1997–1998 memperburuk kondisi sosial

  • Gelombang demonstrasi mahasiswa dan masyarakat meluas

  • Berujung pada Reformasi 1998 dan lengsernya Presiden Soeharto

Pemilu ini menjadi simbol akhir dari sistem pemilu yang tidak demokratis.

Perbedaan Pemilu 1997 dan Pemilu Era Reformasi

Aspek Pemilu 1997 Pemilu Reformasi
Jumlah Partai 3 Banyak partai
Presiden Dipilih MPR Dipilih langsung
Pengawasan Pemerintah Independen
Kebebasan Politik Terbatas Lebih terbuka
Netralitas ASN Tidak netral Diatur & diawasi

 

Bagikan:

facebook twitter whatapps

Dilihat 21 Kali.